8 Wasiat Imam Ghazali tentang Lisan yang Banyak Dilanggar kaum Muslimin



8 Wasiat Imam Ghazali tentang Lisan yang Banyak Dilanggar kaum Muslimin

Imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala menerangkan dalam buku Bidayatul Hidayah, ada tujuh dosa yang secara khusus dilakukan oleh masing-masing anggota tubuh tersebut. Lebih spesifik lagi, sang Hujjatul Islam mendefinisikan delapan dosa yang kerap dikerjakan oleh lisan.

Sedihnya, delapan wasiat beliau terkait dosa lisan ini banyak dilanggar oleh sebagian kaum Muslimin. Ada yang melanggar karena tidak tahu, sengaja, bahkan menjadi kebiasaan di dalam hidupnya. Na’udzubillahi min dzalik.

1. Dusta

Jangan berdusta, baik secara serius atau sekadar bercanda. Meski dengan bercanda, dusta akan membuat lisan terbiasa hingga benar-benar berdusta. Dusta merupakan satu di antara sebab seorang hamba melakukan dosa besar. Apalagi jika seorang hamba telah berani berlaku dusta terhadap ayat-ayat Allah Ta’ala dan sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.

Agar kita mengetahui dampak dusta yang paling nyata, bayangkanlah saat ada orang berdusta kepada kita. Ia mengatakan yang tidak benar seraya berpura-pura, kita mempercayai, ternyata ia berdusta.

Pasti, diri kita akan merasa kecewa. Kita akan marah dan hati kita membencinya. Begitu pula perasaan orang saat kita mendustai mereka. Perih. Pedih. Menyayat hati.


Apalagi jika Allah Ta’ala yang engkau dustai. Apalagi jika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam yang engkau dustakan!



2. Salahi Janji

Jangan sekali pun berjanji, kecuali jika berniat sungguh-sungguh untuk menunaikannya. Jangan berjanji dengan niat mengkhianatinya. Sebab siapa yang berkhianat, gelaran munafiq amat pantas disematkan kepadanya. Dan tiada lokasi yang tepat bagi seorang berjuluk munafiq dan nyata kemunafikannya, kecuali siksa dan neraka menunggunya.

Siapa yang terbiasa menyalahi janji, makhluk pun akan membencinya. Dalam jangka yang panjang, saat keewa itu sudah menumpuk, bersiaplah menerima banjir hujatan dan kebencian atas kekecewaan mereka.

3. Menggunjing

Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa menggunjing lebih besar dosanya dibanding zina sebanyak tiga puluh kali. Bukan bermakna meremehkan dosa zina, tapi menunjukkan betapa beratnya dosa yang diderita tatkala seseorang mengatakan keburukan saudaranya, meski keburukan itu merupakan sebuah fakta.

Allah Ta’ala dengan tegas melarang seorang Muslim bergunjing sebagaimana disebutkan di dalam ayat-Nya. Siapa yang menggunjing, maka ia tak ubahnya memakan bangkai manusia. Bukankah bangkai hewan saja teramat menjijikan? Bagaimana lagi dengan bangkai manusia!

Saat diri terbisiki oleh setan untuk menggunjing siapa pun, bayangkanlah jika Anda sedang digunjingi. Akankah ridha?

Tatkala bisikan untuk bergunjing begitu dahsyat, pikirkanlah dosa-dosa dan keburukan yang pernah Anda kerjakan. Adakah Anda lebih baik dari ia yang Anda gunjingi? Bukannya dosa Anda lebih banyak dari dosa mereka?

4. Merendahkan Orang Lain

Imam al-Ghazali menisbatkan ini dalam kaitannya dengan diskusi. Ketika seseorang adu argumen, akan timbul kecenderungan dari dalam dirinya untuk meninggikan diri dan merendahkan orang lain.

Bahwa pendapatnya yang paling benar dan orang lain pasti salah. Bahwa ia paling baik dan orang lain sudah pasti keburukannya. Bahwa Anda yang paling pandai dan orang lain dungu.

Merendahkan orang lain bisa pula terjadi dalam sebuah forum menasihati. Karena merendahkan, seseorang berani menyampaikan naishat di tempat terbuka, di forum orang ramai. Akibatnya, yang dinasihati justru merasa antipati. Mereka merasa rendah dan tak kunjung memperbaiki kekeliruannya.

Jika sudah seperti ini, Imam al-Ghazali menyampaikan peringatan, “Jika demikian, maka nasihatmu akan berubah menjadi perbuatan yang kelak menghancurkan.”


Bukan hanya menghancurkan ia yang dinasihati, tapi juga menghancurkan diri si pemberi nasihat.



5. Merasa Suci

Allah Ta’ala dengan jelas melarangnya. Jangan merasa dirimu paling suci, sebab Allah Ta’ala Maha Mengetahui siapa yang paling benar iman dan taqwanya. Siapa yang merasa suci kemudian memuji dirinya sendiri, ia disebut oleh orang bijak sebagai bersikap jujur, tapi itulah kejujuran yang berakibat sangat buruk.

Tatkala seseorang merasa suci dan mengisahkan seluruh kebaikannya kepada orang lain, maka kelak orang-orang yang tidak suka akan memuntahkan kebenciannya di kemudian hari; kepada Anda atau orang lain.

6. Mengutuk

Jika Anda tidak pernah mengutuk sekali pun, maka Anda tidak akan dimintai pertanggungjawaban mengapa tidak menyampaikan kutukan. Nasihat ini sangat ditekankan oleh Imam al-Ghazali. Pun jika kita hendak mengutuk setan yang pasti kecelakaan baginya.

Sebab, kutukan kita kepada setan dengan selain kalimat Allah Ta’ala, maka ianya akan berdampak buruk bahkan berbalik kepada diri sendiri. Pun kepada orang terdahulu yang telah berbuat zalim. Ia sudah selesai hidupnya. Ia tengah mempertanggungjawabkan amalnya. Dan kelak dimintai pertanggungjawabannya siapa pun yang turut mengutuknya.

“Jangan sekali-kali mengutuk makhluk Allah Ta’ala, baik kepada binatang, makanan (tumbuhan), terlebih lagi kepada sesama manusia. Jangan pula menghakimi seseorang Muslim telah munafiq atau kafir, apalagi dengan memberikan kesaksian. Sebab hanya Allah Ta’ala Yang Maha Mengetahui hal-hal yang tersembunyi di balik hati seseorang. Jangan merasa lebih tahu daripada Allah Ta’ala.” tutur sang Hujjatul Islam.

7. Mendoakan Kecelakaan

Jika ada orang yang berbuat aniaya, pasrahkan urusannya kepada Allah Ta’ala Yang Mahaadil. Tak usah membalasnya. Tak usah mendoakan keburukan baginya. Allah Ta’ala akan membalas semua perbuatan hamba-hamba-Nya, baik atau pun buruk.

Ketika kita membalas kezaliman seseorang, kemudian balasan kita melebihi kezaliman yang dikerjakan orang tersebut, maka kita akan dimintai balasan atas kelebihan kezaliman yang kita lakukan. Kelak di Hari Kiamat.

Bukankah ini perbuatan yang amat merugikan?

8. Mengejek dan Mengolok-olok

“Jangan mengejek orang. Jika ada yang mengejekmu, sebaiknya jangan menanggapi ejekannya. Segeralah berpaling hingga orang itu membeicaran persoalan lain. Jadilah orang yang mampu melewati ejekan dengan kemuliaan.”


Indah sekali nasihat Imam al-Ghazali ini. Sangat menyejukkan dan menenteramkan. Nasihat yang meluncur jernih, tapi amat berat untuk dikerjakan. Nasihat yang sangat bermanfaat di dunia dan akhirat, tapi sukar diamalkan dalam keseharian. Nasihat yang benar-benar aplikatif, tapi amat sulit tuk dijadikan kebiasaan.


Wallahu a’lam.

sa

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar